Setiap perempuan pasti sangat memerhatikan berat badan tubuhnya agar tetap ideal. Terutama pada perempua yang mempunyai berat badan berlebih yang sampai berusaha diet ketat untuk menurunkan bobot tubuhnya. Kadang ada yang ingin dengan cara instan dan diet yang tidak tepat yang dipilih, seperti melewatkan waktu makan, menghilangkan salah satu asupan makanan misalnya karbohidrat. Hal ini juga dapat memengaruhi kejiwaan manusia itu sendiri. Hati-hati dengan masalah berat badan ini juga bisa menyebabkan kelainan pada pola makan jika tidak diwaspadai lebih lanjut. Sampai pada gangguan psikologis yang bisa berakibat fatal yaitu Anorexia Nervosa. Berbeda dengan penderita bulimia nervosa yang makan dalam jumlah berlebihan kemudian berusaha membuangnya, penderita anorexia nervosa makan dalam jumlah sangat sedikit dan berolahraga berlebihan untuk menjaga berat badan. Anoreksia nervosa (AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang.
Pencitraan diri pada penderita AN dipengaruhi oleh bias kognitif (pola penyimpangan dalam menilai suatu situasi) dan mempengaruhi cara seseorang dalam berpikir serta mengevaluasi tubuh dan makanannya. AN merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT, hingga disfungsi hati akut pada tingkat lanjut. Seseorang yang menderita AN disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik. Istilah ini sering kali namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis kehilangan nafsu makan.
Pencitraan diri pada penderita AN dipengaruhi oleh bias kognitif (pola penyimpangan dalam menilai suatu situasi) dan mempengaruhi cara seseorang dalam berpikir serta mengevaluasi tubuh dan makanannya. AN merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT, hingga disfungsi hati akut pada tingkat lanjut. Seseorang yang menderita AN disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik. Istilah ini sering kali namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis kehilangan nafsu makan.
Adapun gejala-gejala penderita anorexia nervosa adalah:
- Tidak mau menambah berat badan sesuai ukuran normal (sesuai tinggi badan dan usia)
- Takut berat badannya naik, meskipun saat berat badannya berada di bawah normal atau cenderung lebih kurus
- Tidak menyadari penyusutan berat badan dan mengalami disorientasi tentang self-image
- Tidak mendapatkan haid selama tiga bulan
Tubuh penderita bereaksi terhadap kondisi ini dengan cara menghentikan beberapa proses. Tekanan darah menurun drastis, napas melemah, pada wanita menstruasi terhenti (atau pada anak yang menginjak dewasa, mungkin menstruasi terhenti (atau pada anak yang menginjak dewasa, mungkin menstruasi tidak dimulai sama sekali), dan kelenjar tiroid yang mengatur pertumbuhan menghilang. Kulit mengering, rambut, dan kuku menjadi rapuh. Gejala lain yang timbul adalah pusing, kedinginan, sembelit, serta pembengkakan sendi. Kekurangan lemak menyebabkan temperatur tubuh menurun. Sebagai mekanisme alam, tumbuh lanugo atau rambut di seluruh tubuh termasuk wajah. Selain itu, ketidakseimbangan zat kimia dalam tubuh juga dapat menyebabkan serangan jantung. Gejala-gejala yang terjadi pada tubuh penderita anorexia sudah jelas karna kurangnya asupan gizi yang seimbang. Apalagi seseorang yang sampai bertahun-tahun mengidap anorexia. Semakin kurang juga gizi dalam tubuhnya karna asupan makanan yang dikurangi mengakibatkan reaksi tubuh menjadi tidak seimbang. Sangat disayangkan tubuh yang seharusnya mendapatkan gizi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas tapi malah tidak terpenuhi dan mengakibatkan gangguan-gangguan kesehatan pada tubuh itu sendiri.
Pengobatan dalam kasus bulimia maupun anorexia diperlukan penanganan dini, karena penanganan yang terlambat mempersulit pengobatan. Biasanya, keluarga pasien akan diminta bantuan dalam perawatan, seperti terapi dapat berlangsung setahun atau lebih, bisa dilakukan sendiri di rumah bersama keluarga atau untuk kasus yang parah dengan rawat inap di rumah sakit. Pada sebuah Penelitian yang melibatkan 121 pasien dari usia 12 hingga 18, yang kebanyakan wanita untuk menjalani terapi keluarga atau perseorangan di University of Chicago dan di Stanford, 24 jam penuh selama 1 tahun. Hasilnya, 49 persen yang menjalani terapi keluarga dinyatakan sembuh total, sedangkan yang menjalani terapi perseorangan hanya 23 persen. Sementara itu, dari persentase tersebut hanya 10 persen yang kambuh kembali di tahun berikutnya dari terapi keluarga, sedangkan 40 persen dari mereka yang menjalani terapi perseorangan rata-rata kembali kambuh di tahun berikutnya.
Pendekatan atau terapi keluarga pada dasarnya sama dengan perawatan dan perhatian kedua orang tua pada anak mereka yang sedang menderita sakit kanker, kelainan jantung, atau penyakit lainnya. Anda akan menjaga asupan makanan mereka, mengawasi keteraturan konsumsi obat, menjaga dan menyemangati perasaan mereka agar tetap bahagia dan ingin untuk hidup sehat.
Seorang anorexia tidak bisa berpikir jernih dan memutuskan mana yang benar dan salah sehingga orang tuanya harus mengarahkan dengan tegas apa yang harus dilakukannya. Walaupun sepertinya urusan makan adalah naluri setiap orang yang tidak perlu diperintah, namun untuk penderita penyimpangan pola makan ini adalah hal penting yang harus diperhatikan dengan baik karna pola berpikir penderita anorexia berbeda dengan manusia pada umunya. Dengan kata lain para penderit anorexia membutuhkan perhatian yang lebih dari orang-orang terdekat mereka, terutama keluarganya.
Pengobatan dalam kasus bulimia maupun anorexia diperlukan penanganan dini, karena penanganan yang terlambat mempersulit pengobatan. Biasanya, keluarga pasien akan diminta bantuan dalam perawatan, seperti terapi dapat berlangsung setahun atau lebih, bisa dilakukan sendiri di rumah bersama keluarga atau untuk kasus yang parah dengan rawat inap di rumah sakit. Pada sebuah Penelitian yang melibatkan 121 pasien dari usia 12 hingga 18, yang kebanyakan wanita untuk menjalani terapi keluarga atau perseorangan di University of Chicago dan di Stanford, 24 jam penuh selama 1 tahun. Hasilnya, 49 persen yang menjalani terapi keluarga dinyatakan sembuh total, sedangkan yang menjalani terapi perseorangan hanya 23 persen. Sementara itu, dari persentase tersebut hanya 10 persen yang kambuh kembali di tahun berikutnya dari terapi keluarga, sedangkan 40 persen dari mereka yang menjalani terapi perseorangan rata-rata kembali kambuh di tahun berikutnya.
Pendekatan atau terapi keluarga pada dasarnya sama dengan perawatan dan perhatian kedua orang tua pada anak mereka yang sedang menderita sakit kanker, kelainan jantung, atau penyakit lainnya. Anda akan menjaga asupan makanan mereka, mengawasi keteraturan konsumsi obat, menjaga dan menyemangati perasaan mereka agar tetap bahagia dan ingin untuk hidup sehat.
Seorang anorexia tidak bisa berpikir jernih dan memutuskan mana yang benar dan salah sehingga orang tuanya harus mengarahkan dengan tegas apa yang harus dilakukannya. Walaupun sepertinya urusan makan adalah naluri setiap orang yang tidak perlu diperintah, namun untuk penderita penyimpangan pola makan ini adalah hal penting yang harus diperhatikan dengan baik karna pola berpikir penderita anorexia berbeda dengan manusia pada umunya. Dengan kata lain para penderit anorexia membutuhkan perhatian yang lebih dari orang-orang terdekat mereka, terutama keluarganya.
Ada juga film dokumenter tentang penderita anorexia. Film dokumenter ini sebenarnya khusus ditayangkan di HBO America pada tanggal 14 november 2006 (memang sudah lama). Tetapi film documenter ini mempunyai keunikan tersendiri karena menceritakan kehidupan para anorexia nervosa. dan yg parah adalah perspektif badan mereka sendiri. yang sebenarnya sudah kurus namun para penderita anorexia masih menganggap diri mereka masih gendut.
dan mereka memiliki sikap perfeksionisme dan sifat yang sangat keras terhadap diri mereka sendiri hingga membuat mereka memiliki sikap rendah diri dan tidak ada kepercayaan diri yg sangat besar yg akhirnya memiliki sifat untuk melakukan bunuh diri lebih tinggi dibandingkan orang biasa. sebuah film dokumenter ini menunjukkan bahwa anorexia adalah sebuah penyakit berbahaya dan kronis. Obsesi seorang penderita anorexia yg rela harus menderita untuk menjadi cantik dan kurus. Banyak yang berasumsi bahwa kurus itu cantik, tetapi tidak harus menjadi penderita anorexia untuk menjadi kurus. Anorexia dapat dicegah dan ditangani sejak dini. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hal tersebut sebelum berakibat fatal.
dan mereka memiliki sikap perfeksionisme dan sifat yang sangat keras terhadap diri mereka sendiri hingga membuat mereka memiliki sikap rendah diri dan tidak ada kepercayaan diri yg sangat besar yg akhirnya memiliki sifat untuk melakukan bunuh diri lebih tinggi dibandingkan orang biasa. sebuah film dokumenter ini menunjukkan bahwa anorexia adalah sebuah penyakit berbahaya dan kronis. Obsesi seorang penderita anorexia yg rela harus menderita untuk menjadi cantik dan kurus. Banyak yang berasumsi bahwa kurus itu cantik, tetapi tidak harus menjadi penderita anorexia untuk menjadi kurus. Anorexia dapat dicegah dan ditangani sejak dini. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hal tersebut sebelum berakibat fatal.
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Anoreksia_nervosa
http://www.detikhealth.com/read/2009/06/29/164520/1155921/770/anorexia-nervosa
http://woman.kapanlagi.com/relationship/keluarga/6076-keluarga-tempat-terbaik-selamatkan-penderita-anorexia.html
http://kreme.multiply.com/reviews/item/80
http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/read/2009/05/17/1608/3/Avoid-Eating-Disorders
No comments:
Post a Comment