Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial sudah pasti berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain manusia tidak hidup hanya sendiri dalam kehidupannya. Tetapi tidak mudah bagi setiap orang untuk berhubungan antar satu individu dengan individu lainnya. Banyak konflik yang kerap kali ditemui dalam hubungan sosial yang sudah terjalin. Konflik merupakan hal umum yang terjadi dalam kehidupan sosial karna adanya interaksi dari individu yang satu dengan individu yang lain yang masing-masing memiliki perbedaan individual (Individual Differences) menimbulkan berbagai macam pertentangan dan konflik.
Menurut Rostiana (1999), konflik merujuk pada suatu situasi pertentangan antara kekuatan-kekuatan yang ada pada diri individu sendiri maupun antara individu dengan pihak lain dengan adanya pemicu berupa stimulus tertentu. Konflik bermuatan emosi dan melingkupi seluruh perilaku yang berbeda-beda antar satu orang dengan orang lain.
Setiap individu pasti sering mengahadapi konflik-konflik tertentu pada kehidupan kesehariannya. Contohnya saja konflik antara diri sendiri dengan teman dekat kita misalnya. Kadang kita mempunyai keinginan yang berbeda dengan teman-teman. Dimisalkan kita yang sedang banyak dihadapkan dengan tugas-tugas kuliah atau kerjaan yang harus segera diselesaikan tetapi disisi lain teman dekat anda mengajak pergi untuk kumpul-kumpul bareng hanya sekedar bersantai dan jalan-jalan bersama mereka saja. Kita pasti sulit untuk menentukan hal mana yang akan kita pilih. Mengerjakan tugas-tugas yang sudah dikejar waktu atau pergi bersama teman-teman? Jika tidak ikut bersama teman-teman biasanya mereka marah atau kesal pada kita. Hal itu yang membuat perasaan kita menjadi tidak enak dan rasa takut dijauhi pasti ada dalam benak kita. Disisi lain tugas yang menumpuk sudah menanti untuk dikerjakan. Yah konflik tersebut yang sudah sering kita temui tentunya. Kita harus membuat solusi yang terbaik diantara keduanya. Kita harus bisa memilah-milah mana yang lebih penting dan yang harus di utamakan terlebih dahulu. Kita bisa memilih mengerjakan tugas yang harus didahulukan karna sudah dikejar waktu, tugas sudah menjadi kewajiban untuk kita kerjakan. Tapi tidak berarti juga persahabatan yang sudah terjalin tidak penting. Kita bisa menyampaikan maksud pada teman-teman secara baik-baik. Kita harus berbicara dan melawan secara aktifn apabila keinginan kita berbeda dengan teman-teman. Jangan sampai memaksakan kehendak orang lain padahal kita tidak sependapat. Walaupun teman-teman kita belum tentu menerima keputusan yang kita buat. Tapi setidaknya kita bisa mengutamakan hal yang lebih penting. Yah kalau kumpul-kumpul bareng kan masih bisa direncanakan lagi jika ada waktu yang benar-benar tepat untuk kita ikut bersama mereka. Ketika kita memilih keputusan karna kehendak orang lain maka rasa kecewa pun muncul dan kita tidak bisa menyalahkan orang lain akibat keputusannya itu. Daripada menyimpan keluhan-keluhan yang harusnya disampaikan lebih baik secara aktif berbicara mengenai persoalan yg dihadapi dengan ekspresi secara terbuka.
Dari konflik-konflik yang ada, pasti setiap orang mempunyai konflik yang berbeda-beda. Tetapi tidak menutup kemungkinan kita dapat memutuskan keputusan yang terbaik. Tergantung pada pemikiran masing-masing individu. Apakah menyeleseaikan konflik dengan baik atau mengandalkan perasaan orang lain karna tidak enak hati? Banyak juga strategi untuk memanajmen konflik. Seperti sebagai berikut oleh Devito (1995):
1. Penghindaran dan melawan secara aktif
Penghindaran berkaitan dengan menghindar secara fisik. Daripada menghindar dari pokok persoalan, berperan aktiflah pada konflik interpersonal yang dihadapi. Jadilah pembicara dan pendengar yang aktif dan bertanggung jawab terhadap pemikiran dan perasaanmu.
2. Memaksa dan berbicara
Kebanyakan orang tidak menghadapi pokok persoalan melainkan memaksakan posisinya pada orang lain, baik secara fisik maupun emosional. Alternatif yang nyata adalah berbicara dan mendengar . keterbukaan, empati, dan sikap positif merupakan awal yang tepat.
3. Menyalahkan dan empati
Ketika kita menyalahkan seseorang, ada niat tertentu pada orang tersebut. Bukan perilakunya yang dipermasalahnkan tapi menyalahkan orangnya. Hal ini tidak akan menyelesaikan masalah. Cobalah berempati. Merasakan apa yang dirasakan orang lain dan berusaha melihat situasi seperti orang tersebut. Pahamilah mengapa orang lain menilai situasi tersebut secara berbeda.
4. Mendiamkan dan memfasilitasi ekspresi secara terbuka
Mendiamkan disini merupakan teknik dalam menghadapi konflik dengan mendiamkan orang lain, terkadang sambil menagis. Cara ini tidak akan menjelaskan dan menyelesaikan konflik. Pastikan bahwa setiap orang diijinkan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas dan terbuka, tanpa da yang merasa lebih rendah maupun lebih tinggi.
5. Gunnysucking dan focus pada masa sekarang
Gunnysucking merupakan istilah yang berarti menyimpan keluhan-keluhan yang ada sehingga bisa muncul pada saat lainnya. Jika hal ini dilakukan, masalah tidak dapat dituntaskan, akan muncul dendam dan perasaan bermusuhan. Fokuskan konflik disini dan sekarang dan fokuskan konflik pada orang yang dimaksud, bukan pada ibunnya atau temannya.
6. Manipulasi dan spontan
Manipulasi berarti individu menghindari konflik terbuka dan berusaha menyembunyikan konflik dengan tetap berperilaku menyenangkan. Sebaliknya, ekspresikan secara spontan. Konflik interpersonal bukan mencari siapa yang menang dan yang kalah, namun pemahaman dari kedua belah pihak.
7. Penolakan dan penerimaan pribadi
Pada penolakan pribadi digunakan cinta dan afeksi. Seseorang kan berperilaku dingin dan tidak peduli sehingga pihak lain akan merasa bersalah. Sebaliknya, ekspresikan secara positif pada orang lain. Konflik apapun untuk dihadapi bukan untuk disesali dengan tidak mengatakan apa yang ingin dikatakan karena kita mencintai orang tersebut.
8. Melawan “dibawah dan diatas ikat pinggang”
Melawan dari bawah atau (dari belakang) hanya akan menambah masalah. Bawalah konflik pada area dimana anda bisa lawan bisa memahami dan mengatasinya. Untuk mengatasi masalah dan memperkuat hubungan.
9. Argumentatife dan agresif verbal
Agresif verbal adalah suatu cara untuk memenangkan argumen dengan memberikan rasa kesakitan secara psikologis dengan menyerang konsep diri orang lain. Argumentatife adalah kesediaan untuk berdebat mengenai sudut pandang, mengatakan pemikiran dari suatu sudut pandang.
Referensi: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3520/1/psikologi-vivi%20gusrini.pdf
No comments:
Post a Comment